Minggu, 19 Maret 2017

Turob ( dan Turbah) Tarem

Turob ( dan Turbah) Tarem
Yang dikenal luas adalah Turob Inat. Yakni butiran pasir yang diambil dari pinggir makam Syaikh Abibakr bin Salim Fahril Wujud, sebuah sarana tabarruk dan tadawiy. Namun sesungguhnya Turob / tanah yang sejenis itu banyak dijumpai di Hadramut. Termasuk Turob Tarem juga. Artinya yang menjadi nilai tambahnya dari butiran-butiran pasir tersebut adalah Para Shalihin yang ' bersentuhan ' dengannya.

Syaikh Fadhal bin Abullah berkata :" Di Hadramut Ada tiga tempat yang debunya telah tercampur dengan debu dari Surga. Pertama adalah Turbah Tarem, kedua adalah Turbah Hajrein dan ketiga adalah Turbah Ghail abi-Saudan ''
al Habib Abdulqadir bin Syaikh Alaydarus, bermukim di India. Setiap kali ada rombongan kafilah dari Hadromut datang, mereka memberi beliau hadiah-hadiah. Namun beliau menerimanya dengan sedikit kecewa, sebab tidak ada diantara mereka yang membawakan beliau debu / turob dari kuburan Gurunya. Padahal bagi beliau, turob dari Turbah sang Guru itu sangat berharga melebihi apa saja. Beliau berkata :

SAALTUL ARFA'A 'AN THYIBI DA IY
FAQOLU TUROBU DHALIKAL JINABIL AQDASI

Aku bertanya kepada para cerdik pandai, tentang obat dari sakitku
Mereka menjawab, obatmu adalah Debu ( nya) sosok yang suci itu

Pada akhirnya, datang kafilah di tahun selanjutnya, membawakan beliau segenggam debu dari makam guru beliau, Syaikh Sa'ad bin Ali as Suwaini.
Syaikh Abdurrahman As Syakran berkata tentang tanah leluhurnya :

DUBIGHOT BIAQDA MIL AKABIRI
FATUROBUHUM THIBBUS SAQIMIN NAKHILI
Tanah itu telah bercampur dengan bekas tapak kaki orang-orang yang agung
Maka debunya menjadi sarana penyembuh bagi seorang yang sakit parah

WALIT TUOBI FAQOBBILI
WALA TUTHI' 'AWA DHILI
WAHDHUR QOLIBAKA WAD 'U LIY
BIMAHI KULLIR RODHA ILI

Ciumlah debu itu, jangan perdulikan kedengkian orang-orang
Hadirkan diriku di relung hatimu, doakan aku terbebas dari sifat-sifat tercela.

Di Turbah Tareem, tidak kurang 70 Shahabat ahli Badar dikuburkan. Dan disana, dijaman alhabib Abdurrahman As Saqaf saja tidak kurang 10.000 awliya dimakamkan disana, 80 diantaranya mencapai maqam Qutbiyyah. Ketika orang-orang membicarakan kemuliyaan 7 Auliya di pemakaman Bab Syihaam kota Zabid yakni Syaikh Yunus, Syaikh Ibrahim, Syaikh Marzuq, Syaikh Jabroty, Syaikh Aflah, Syaikh Shoyyad dan Syaikh Ibn Ridho, mendengar itu, Syaikh Ali bin Abibakar As Syakran menjawabnya

TAREM BIHA MINHUM ULUF ADIDAH
BISA KHAT BASYAAR SYUMUSYUL HUDA QUL
Tarem menyimpan ribuan orang seperti mereka itu
Dihamparan ( pemakaman) Bassyar, katakanlah, para Mataharinya kegelapan itu bersemayam.

Alhabib Abibakar Al Adaniy pun berkata :

KHIYAMUHUM QAD THUNIBAT WAL AKH DAR
KAM BIHA MIN AQMAR
TALA'LAAT ANWARUHUM BIL AQTHOR
Perkampungan mereka telah diikat, juga ruang khususnya
Banyak sekali 'rembulan' yang tersimpan didalamnya
Cahayanya menyinari pelosok penjuru dunia.

Turbah Bassyar kota Tarem adalah sebuatan untuk tiga buah pemakaman kota. Pertama, Zambal . Kedua adalah Furait dan ketiga adalah Akdar yang dijaman Alhabib Abubakar Al Adaniy saja sudah menimpan puluhan ribu Auliya didalamnya. Kemuliaan ini adalah bagihan dari terkabulnya do'a Sayyidina Abu Bakar as Syiddiq saat banyak daerah yang Murtad, tetapi Hadramut tidak. Beliau mendoakan, semoga Hadramut menumbuhkan para Auliya sebagaimana air menumbuhkan ilalang. Ilalang.
YUMBITUL AULIYA KAMA YUMBIUL MA'A ALBAQAL. !

Saking banyaknya, membuat seorang murid bertanya kepada Habib Salim As Syathiriy :" Karena apa, di Tarem tidak diadakan acara Haul seperti yang biasa di adakan di Jaw a? ''
Beliau menjawab " jika kami membuat haul separti itu, maka waktu kami akan habus hanya untuk membuat Haul saja. Bahkan satu tahun penuh tidak akan cukup untuk menhauli mereka semua. ''
Beliau mengutip pendapat Ayahanda beliau, Alhabib Abdullah Bin Umar As Syathiriy :" Semua leluhur kami adalah orang-orang yang agung. Satu saja dari mereka sudah cukup untuk menjadi Imam di setiap jaman dimanapun dia berada ''

KAM BUDUR BIDHAKAL HAYYI QAD BAROZAT
TAMUDDU ZUWWAROHA MIN FAYDHIHAZ ZUKHURU
KAM GHORIBATL ASORI QOD GHOMAROT
BIFAFGLI HAT THOLIHAZ ZUWWAR KAL MATHORI

Banyak sekali bulan yang bersinar diperkampungan itu
Yang memberi peziarahnya cahaya yang menyinari
Banyak tersaji keganjilan yang menyelimuti para peziarah
Yang mengucur bagaikan kucuran air hujan kebumi
( SYAIKH ALI BIN ABUBAKAR AS SYAKRAN)

Debu dan butiran pasir yang ada dideka Turbah - Turbah Ahlillah itu menjadi mulia, karena kemliaan penghuninya. Menjadikan debu-debu tersebut sebagai ' barang mulia ' adalah sebuah bentuk tabarruk saja. Bukan debunya yang dikehendaki, tetepi sejatinya yang dikehendaki adalah nilai dibaliknya. Dahulu kala, Sayyidina Umar ibn. Abdul Aziz , tersebab keadilan serta keshalehanna, beliau ditanya seseorang :

'' Antara dirimu dan Muawwiyah, manakah yang lebih mulia? "
Dengan jengkel beliau menjawab :

'' Debu yang menempel Di hidung kuda Muawiyah jauh lebih mulia dibanding diriku. Karena debu itu telah ikut berjihad bersama Rasulullah SAW ''

Menjelaskan makna fenomena TABARRUK seperti ini, Al habib Abdullah Al Adaniy berkata :
'' Keberkahan itu dapat diambil dari Atsar, peninggalan serta dengan memakai pakaian yang pernah mereka kenakan. Dan yang seperti itu dapat dibenarkan. Karena tempat ibadah itu, bersentuhan dengan pakaian yang dikenakan, sedangkan pakaiannya itu menjadi tempat nya jasad. Jasad itu tempatnya Ruh, sedangkan Ruh mereka ada dalam Hadrat Ilahiyyah.

TAFUHU ARYAHU NAJDIN MIN TSIYABIHIM
'INDAL QUDUMI LIQURBIL AHDI BID DAA RI

Bau kota Najd dapat tercium dari baju-baju mereka
Ketika mereka baru datang dari kota itu .......... ''

Oh ya. Jika tidak salah, Al Allamah Sayyidinal Habib Ahmad bin Has an Al Athas pernah bermimpi bertemu dengan Baginda Nabi SAW. Beliau mengeluh dalam mimpinya :

'' Wahai Rasulullah, orang - orang banyak yang menemuiku meminta obat, agar penyakit mereka disembuhkan. Tetapi aku tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada mereka ''
rasulullah Saw menjawab :
'' Jika datang kepadamu orang-orang meminta obat, maka ambillah pasir, rendamlah dengan air. Kemudian suruhlah mereka meminum airnya , dengan menyebut Asma Allah ''