Kamis, 05 November 2015

Sejarah Singkat Berdirinya Masjid Baiturrohman Karang Moncol Kalisapu Slawi

Sejarah Singkat Berdirinya Masjid Baiturrohman Karang Moncol Kalisapu Slawi
Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillah. Bagaimanapun sebuah kejadian jika tidak dicatat maka akan sirna kebenaran yang terjadi yang akhirnya akan mudah dimanfaatkan oleh pihak yang selalu mencari keuntungan dunia. Sejak abad 18 Agama Islam sudah mulai menyentuh sanubari masyarakat di Desa Kalisapu, termasuk keluarga dari mbah Yamah.

Yang perlu dijelaskan dan dipertegas disini adalah bahwa mbah Yamah ini bukan Suryamah bin Sebrod. Mbah Yamah ini ada yang bilang asalnya dari desa Kalisoka, juga salah seorang yang masih dibilang kerabat dari mbah Yamah, kalau tidak salah namanya mbah raksawijaya, mbah yamah dan mbah raksawijaya merupakan sosok yang penuh santun dan tawadhu'. Sementara Suryamah bin sebrod pada waktu itu adalah orang yang gemar menghadiri acara musik-musik dan nyawer.

Untuk mendukung ibadah sholat berjamaah, mbah raksawijaya membuat tajug di desa karangmoncol pada tahun 1875 dan tajug ini menjadi tajug tertua di desa kalisapu. Bahkan menurut informasi yang saya terima, tajug ini adalah tajug pertama di kecamatan slawi.

Kemudian mbah raksawijaya bersama anaknya yaitu Kiai sumbi pada tahun 1900 merehab tajug tersebut dari pagar/kayu/gribig ke tembok.

Tanah yang digunakan untuk membangun musholla itu adalah milih istri dari Kiai Sumbi yaitu Nyai Ti'ah. Bukan tanah milik Mbah Raksawijaya.

Kiai Sumbi punya putri yang menikah dengan Kiai Ahmad putra bungsu dari Kiai Abdulloh kesuben, Kiai Abdulloh ini merupakan salah satu Murid dari Syekh Sulaiman Zuhdi Haromain, sahabat dari Kiai Abu Ubaidah giren.

Karena Kiai Ahmad bersama Kiai Sanusi Badjuri (Ketua PC NU Kab. Tegal periode 1960 - 1968).  Kesuben yang merupakan masih sepupu beliau  bersama-sama berpartisipasi di NU. Kemudian setelah Kiai Ahmad mulai menetap di desa Kalisapu, Wadniyah bin mbah Yamah pun ikut tergerak untuk berpartisipasi di NU bersama dengan famili dari mbah Yamah. Akhirnya pada tahun 1935. Wadniyah salah seorang keturunan mbah Yamah (bukan Suryamah bin Sebrod) mau berangkat haji, berhubung belum ada masjid, lalu Wadniyah bin yamah ini tergerak untuk peduli dengan keadaan ummat Islam di Karangmoncol Desa Kalisapu yang perlu adanya tempat ibadah yang lebih luas, kemudian wadniyah musyawarah dengan Kiai Ahmad berencana untuk membangun masjid, kemudian setelah masjid di desa karangmoncol jadi masjid itulah yang sekarang dikenal masjid Baiturrahman, Badrun yang masih famili dari wadniyah bin yamah jadi imam rawatib dan untuk sholat jumat Kiai Ahmad bin Abdulloh menjadi imamnya.

Tanah Masjid

Mbah Yamah mempunyai beberapa anak salah satunya wadniyah. Dan wadniyah ini mempunyai anak Badrun, Maktub, Tarmi, Juga Islam. Ketiga anak Mbah Wadniyah waktu hendak mewakafkan tanah untuk masjid sudah mendapatkan jatah atau bagian masing-masing, tinggal yang bernama Islam yang belum memperoleh bagian.

Sehingga tanah yang diwakafkan untuk masjid adalah bagian dari anaknya Mbah Wadniyah yang bernama Islam. Dan Islam mempunyai anak Durrohman dan Sakron.

Kiai Asmui

Kiai Asmui merupakan keturunan dari Suryamah bin sebrod, jelasnya Asmui bin Kama bin Weja Bin Suryamah bin Sebrod. Beliau juga belajar ngaji dari Kiai Ahmad, yang kemudian disarankan untuk mondok di salah satu pondok pesantren di jawa timur, dan baru 3 atau 4 tahun Kiai Asmui memutuskan pulang.

Mushlih

Mushlih adalah salah seorang kerabat dari Asmui, Muslih Ali Maksum bin Muhyidin (Bidin) bin Kama bin Weja bin Suryamah bin Sebrod. Sedangkan ibunya masih kerabat dari keluarga yang punya pondok di Adiwerna yaitu Al Mansuriyah. Mushlih mondok di salah satu pondok pesantren yang ada di sekitar desa Yamansari  Kecamatan lebaksiu.

Mushlih ini merupakan seorang yang dekat dengan salah seorang habib yaitu almarhum Habib Abdul Qodir Al athos. Baru-baru ini terdengar kabar diadakan haul untuk Mbah yamah dan seluruh ahli kubur masyarakat desa kalisapu yang dipelopori oleh anak cucu keturuan dari mbah Suryamah bin sebrod. Muslih inilah yang menggerakan adanya haul mbah "Kiai Yamah". Entah karena apanya, sementara kakek buyutnya sendiri tidak di gembar-gemborkan, yaitu Suryamah bin Sebrod.

Semoga bukan maksudnya menganggap kalau "Kiai Yamah" adalah Suryamah bin Sebrod atau apapun maksudnya sepertinya tidak perlu dituliskan disini.

Rehab Masjid Baiturahman

Bapak H Suharjo, salah satu pengurus Masjid Baiturahman, menjadi motor penggerak untuk pemugaran masjid baiturahman. Keadaan Masjid Baiturahman kini telah mengalami pemugaran atau rehabilitasi dengan dana dari para jamaah, Alhamdulillah Mbah wadniyah yang dulu mengikhlaskan tanahnya hingga kini masih berakibat tergeraknya masyarakat pada saat sekarang ini untuk ikut beramal sholih yaitu dengan merehab masjid Baiturrahman menjadi lebih megah.

Demikian sejarah singkat berdirinya masjid baiturrohman karang moncol kalisapu slawi.

Alhamdulillah,, saya tutup tulisan ini dengan FA MAN YA'MAL MITSQOOLA DZAROTIN KHOIRO YAROH, WA MAN YA'MAL MITSQOLA DZAROTIN SYARRO YAROH.


by:_nur sirul asror_

Bersabda Nabi saw. :


لا تتعلموا العلم لتباهوا به العلماء ولتماروا به السفهاء ولتصرفوا به وجوه الناس إليكم فمن فعل ذلك فهو في النار 

"Janganlah engkau mempelajari ilmu pengetahuan untuk bersombong-sombong dengan sesama berilmu, untuk bertengkar dengan orang-orang yang berpikiran lemah dan untuk menarik perhatian orang ramai kepadamu. Barang siapa berbuat demikian, maka dia dalam neraka"

العلم علمان علم على اللسان فذلك حجة الله تعالى على خلقه، وعلم في القلب فذلك العلم النافع

"Ilmu pengetahuan itu ada dua : ilmu pada lisan, yaitu ilmu yang menjadi alasan bagi Allah atas makhluk-Nya dan ilmu pada hati, yaitu ilmu yang bermanfa'at".

Ilmu dalam hati adalah ilmu yang bermanfaat. Sedangkan ilmu di lisan adalah hujjah terhadap manusia. Satu adalah hakekat ilmu, sedangkan yang satu lagi adalah tulisan ilmu. Hakekat berhubungan dengan hati. Mulai keimanan, hingga ibadah, hubungannya adalah dengan hati. Maka, bila ada hubungannya dengan hati, akan menimbulkan ketaatan. Keimanan juga akan menimbulkan ketaatan. Ilmu juga akan menimbulkan ketaatan. Ilmu dan keimanan akan menimbulkan ketaatan.

Perkataan Sahabat Umar RA

Umar ra. : "Yang paling saya takutkan kepada ummat ini, ialah orang munafiq yang berilmu"

Bertanya hadirin : "Bagaimana ada orang yang munafiq berilmu?".

Menjawab Umar ra. : "Berilmu di lidah, bodoh di hati dan diperbuatan"

Nasihat dari Ibnu Mas'ud

"Kelak akan datang suatu masa tatkala hati manusia asin; ilmu tidak bermanfaat lagi. Saat itu, hati ulama laksana tanah gundul dan berlapiskan garam. Meski disiram hujan, namun tidak setets pun air tawar nan segar dapat diminum dari tanah itu." 

Nasihat dari Syekh Abdul Qodil Al Jilani

Anakku! Pertama-tama nasihatilah dirimu, kemudian nasihatilah orang lain. Perhatikanlah dirimu, jangan mengurusi orang lain, jangan mengurusi orang lain selama dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki. Sungguh celaka, engkau mengaku tahu cara menyelamatkan orang lain! Engkau buta, bagaimana dapat menuntun orang lain? Hanya yang memiliki penglihatan tajamlah yang mampu menuntun umat manusia. Hanya seorang perenang handallah yang mampu menyelamatkan mereka dari samudera ganas. Hanya orang yang mengenal Allah swt lah yang dapat mengembalikan manusia ke jalan-Nya. Seseorang yang tidak mengenal-Nya, bagaimana dapat menuntun manusia ke jalan-Nya?.

Tabir penutup kalbumu tak akan tersibak selama engkau belum lepas dari alam ciptaan; tidak berpaling darinya dalam keadaan hidup selama hawa nafsumu belum pupus; selama engkau tidak melepaskan diri dari kemaujudan dunia dan akhirat; selama jiwamu belum bersatu dengan kehendak Allah swt dan cahayanya. Jika jiwamu belum bersatu dengan kehendak Allah swt dan mencapai kedekatan denganNya lewat pertolonganNya.

Hakikat dari bersatu dengan Allah swt adalah berlepas diri dari makhluq dan kedirian; serta sesuai dengan kehendaknya tanpa gerakmu; yang ada hanya kehendakNya. Inilah keadaan fana pada dirimu; dan dalam keadaan itulah engkau bersatu denganNya; bukan bersatu dengan ciptaanNya. Sesuai Firman Allah swt :”Tak ada sesuatupun yang serupa dengannnya. Dan dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”

Anakku!, Janganlah kalian menghadiri majelis ilmu hanya untuk mencari jalan keluar bagi permasalahan duniawi kalian, bukan untuk mengobati penyakit hati. Kalian tidak mendengarkan nasihat para penceramah, tetapi meneliti kesalahan mereka, kemudian menghina dan mentertawakannya dan ulama lainnya, dan jangalah kalian juga bermain-main dalam majelis. Sesungguhnya kalian sedang mempertaruhkan diri kalian kepada Allah swt yang Maha Agung dan Maha Mulia. Segeralah bertobat, jamgan mencontoh musuh-musuh Allah ‘Azza wa jalla. Berusahalah untuk mengambil manfaat dari apa yang kalian dengar.

Anakku!, Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinilah bahwa dia lebih baik darimu. Ucapkan dalam hatimu :
“Bisa jadi kedudukannya di sisi Allah swt jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku”

Jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah ( dalam hatimu ) :
“Anak ini belum bermaksiat kepada Allah swt, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepada-Nya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku.”

Jika bertemu orang tua, maka ucapkanlah ( dalam hatimu ) :
“Dia telah beribadah kepada Allah swt jauh lebih lama dariku, tentu dia lebih baik dariku.”

Jika bertemu dengan seorang yang berilmu, maka ucapkanlah ( dalam hatimu ) :
“Orang ini memperoleh karunia yang tidak akan kuperoleh, mencapai kedudukan yang tidak akan pernah kucapai, mengetahui apa yang tidak kuketahui dan dia mengamalkan ilmunya, tentu dia lebih baik dariku.”

Jika bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah ( dalam hatimu ) :
“Orang ini bermaksiat kepada Allah swt karena dia bodoh ( tidak tahu ), sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya padahal aku mengetahui akibatnya. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik dariku.”

Jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah ( dalam hatimu ) :
“Aku tidak tahu bagaimana keadaannya kelak, bisa jadi di akhir usianya dia memeluk agama islam dan beramal saleh. Dan bisa jadi di akhir usia, diriku kufur dan berbuat buruk.”


Nasihat Sayyidinaa Ali Bin Abi Tholib

“Kebaikan bukanlah memiliki harta melimpah dan anak banyak. Akan tetapi, kebaikan adalah jika amalmu banyak, ilmumu luas dan engkau tidak menyombongkan diri kepada orang lain dengan ibadahmu kepada Allah swt. Jika berbuat baik, engkau segera bersyukur kepada Allah swt dan jika berbuat buruk segera memohon ampun kepada-Nya. Di dunia ini tidak ada kebaikan, kecuali bagi orang berikut :
1. seorang yang banyak berbuat dosa kemudian bertobat dan memperbaiki segala kesalahannya.
2. seorang yang senantiasa bergegas untuk melakukan berbagai amal kebajikan.

Nasihat Sayyidina Husein bin Ali Bin Abi Tholib


"Kebutuhan orang-orang kepada kalian adalah merupakan nikmat-nikmat Allah swt untuk kalian; maka janganlah bosan terhadap nikmat-nikmat Allah swt itu sehingga ia akan pergi menjauhkan diri.”

“Orang yang berkeperluan tidaklah berarti memuliakan dirinya dengan tidak meminta kepadamu, maka dari itu muliakanlah dirimu dengan tidak menolak permintaannya.”

“Sabar adalah mahkota, kesetiaan adalah harga diri, memberi adalah kenikmatan, banyak bicara adalah membual ( omong kosong ), tergesa-gesa adalah kebodohan, kebodohan adalah aib, berlebih-lebihan ( dalam berkata ) adalah kebohongan, berteman dengan orang yang ahli berbuat hina adalah kejahatan dan berteman dengan ahli kefasikan adalah pusat prasangka buruk.”

“Bilamana dunia dianggap sebagai sesuatu yang sangat berharga,
maka sesungguhnya pahala Allah swt adalah lebih berharga dan lebih mulia,
Bilamana tubuh ini dirawat hanya untuk menyambut kematian,
maka terbunuhnya seseorang dengan pedang di jalan Allah swt lebih utama.
Bilamana rizki adalah bagian yang sudah ditentukan,
maka sedikitnya keserakahan seseorang dalam berusaha adalah lebih baik.
Bilamana harta benda dihimpun hanya untuk ditinggalkan,
maka apakah gunanya seseorang pelit terhadap sesuatu yang pasti ia tinggalkan,”

“Bilamana dirimu digigit oleh kekejaman masa,
maka janganlah kamu mengadu kepada manusia.
Dan janganlah kamu meminta selain kepada Allah Tuhan yang Maha penolong, yang Maha Tahu dan yang Maha Benar.
Karena seandainya kamu hidup dan kamu telah berkeliling dari belahan barat sampai kebelahan timur,
maka tentu kamu tidak menemukan seorangpun yang mampu membuat orang lain bahagia atau sengsara.”

Nasihat Ibnu 'Athoillah ASkandar


“Jika seorang hamba sombong, merasa mulia dan berbangga diri dengan ibadahnya, kemudian dia menuntut orang lain untuk memenuhi hak-haknya dan ia sendiri tidak berusaha memenuhi hak mereka, maka orang seperti ini dikhawatirkan akan meninggal dengan cara yang buruk ( Suul khatimah ), semoga Allah swt melindungi kita darinya.

Jika seorang hamba berbuat maksiat, tetapi engkau perhatikan dia menangis, sedih, hatinya hancur, merasa hina dan merendahkan diri kepada orang-orang yang shaleh, mengunjungi mereka dan mengakui dirinya penuh kesalahan, maka orang yang seperti ini memiliki peluang untuk meninggal dengan cara yang baik ( Husnul Khatimah ).”

Nasehat Habib Luthfi bin Yahya

Ada sebuah nasehat serta ijazah khusus dari Habib Luthfi bin Yahya untuk ORANG-ORANG YANG TERKENA TEKANAN JIWA atau DIHANTUI TRAUMA MASA LALU ...

.Nasehat beliau : " Apa yang sudah terjadi tidak usah difikirkan, apa yang dikatakan orang tidak usah di dengarkan ...kalau tidak , malah bisa MERUSAK IBADAH .."

Beliau tampaknya ingin memberikan nasehat spiritual agar suasana keteraturan ( tandzim ) / keistiqamahan bahkan rasa manis beribadah seseorang tidak terganggu akibat rasa sedih . kecewa atau marah terhadap sesuatu yang telah Allah takdirkan terjadi .

.
Yang berlalu biarlah berlalu , yang ada di hadapan mesti di selamatkan .
.
Ejekan , cibiran / komentar orang-orang tidak perlu di tanggapi karena menanggapinya berarti membuka pintu perdebatan / pertengkaran. Perdebatan / pertengkaran hanya akan membuat keruh suasana hati yang pada gilirannya akan merusak suasana Ibadah juga .
.
Kemudian beliau memberi amalan :

" Sesudah shalat maktubah , baca tujuh kali ayat Kursyi , dan tiupkan ke telapak tangan lalu usapkan ke seluruh tubuh ..."

___Beliau tampaknya ingin memberikan pengobatan spritual melewati Ayat kursyi yang sudah diketahui sebaai salah satu ayat alqur'an yang mujarrab .

.
Soal meniupkannya ke telapak tangan dan mengusapkannya ke seluruh tubuh , beliau sepertinya beri ittiba' dengan Rasulullah SAW yang setiap kali hendak beranjak tidur beliau membaca Al Ikhlas serta al Mu'awwidhatain dan meniupkan ke kedua telapak tangan beliau yang suci , kemudian membalurkannya ke tubuh belia .

Bahkan Rasulullah SAW melakukannya juga terhadap tubuh Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain ...
Wallohu a'lam bishshowwab..