Tempat roh manusia, roh kehidupan, di dalam tubuh adalah dada. Tempat ini terhubung dengan pancaindera dan sensasi. Urusan atau bidangnya adalah agama. Pekerjaannya adalah mentaati perintah Allah. Dengan aturan-aturan yang ditentukan-Nya, Allah memelihara dunia nyata ini dengan teratur dan harmonis.
Roh itu bertindak menurut kewajiban yang ditentukan oleh Allah, tidak menganggap perbuatannya sebagai perbuatannya sendiri karena dia tidak berpisah dengan Allah. Perbuatannya dari Allah; tidak ada perpisahan di antara 'aku' dengan Allah di dalam tindakan dan ketaatannya.
"Barangsiapa percaya akan bertemu Tuhannya harus mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu dalam ibadat kepada Tuhannya". (Surah Kahfi, ayat 110).
Allah adalah esa dan Dia mencintai yang bersatu dan satu. Dia ingin semua penyembahan dan semua amal kebaikan, yang dia anggap sebagai pengabdian kepada-Nya, menjadi milik-Nya semata-mata, tidak dibagi dengan apa saja. Jadi, seseorang tidak membutuhkan persetujuan atau hambatan dari siapa pun di dalam pengabdiannya kepada Tuhannya, juga amalannya bukan untuk kepentingan duniawi.
Semuanya semata-mata karena Allah. Suasana yang dihasilkan oleh petunjuk Ilahi seperti menyaksikan bukit-bukti keberadaan Allah di dalam alam nyata ini; kenyataan sifat-sifat-Nya, kesatuan di dalam yang banyak, fakta di balik yang nyata, jarak dengan Pencipta, semuanya adalah imbalan bagi amalan kebaikan yang benar dan ketaatan tanpa mementingkan diri sendiri.
Namun, semuanya itu di dalam taklukan alam benda, dari bumi yang di bawah kaki kita sampai ke langit-langit. Termasuk juga di dalam taklukan alam dunia adalah kekeramatan yang muncul melalui seseorang, misalnya berjalan di atas air, terbang di udara, berjalan dengan cepat, mendengar suara dan melihat gambaran dari tempat yang jauh atau bisa membaca pikiran yang tersembunyi.
Sebagai imbalan terhadap praktek yang baik manusia juga diberikan nikmati di akhirat seperti surga, khadam-khadam, bidadari, susu, madu, anggur dan lain-lain. Semuanya itu merupakan nikmati surga tingkat pertama, surga dunia.
Tempat 'roh perpindahan atau roh transisi' adalah di dalam hati. Urusannya adalah pengetahuan tentang jalan spiritual. Kerjanya terkait dengan empat nama-nama pertama bagi nama-nama Allah yang indah. Sebagaimana dua belas nama-nama yang lain empat nama tersebut tidak termasuk di dalam perbatasan suara dan huruf. Jadi, ia tidak bisa disebut. Allah Yang Maha Tinggi berfirman:
"Dan kepunyaan Allah-lah nama-nama yang baik, jadi serulah Dia dengan nama-nama tersebut". (Surah A'raaf, ayat 180).
Firman Allah di atas menunjukkan tugas utama manusia adalah mengetahui nama-nama Tuhan. Ini adalah pengetahuan batin seseorang. Jika mampu memperoleh pengetahuan yang demikian dia akan sampai ke maqam makrifat. Di sanalah pengetahuan tentang nama keesaan sempurna.
Nabi s.a.w bersabda, "Allah Yang Maha Tinggi memiliki sembilan puluh sembilan nama, siapa mempelajarinya akan masuk surga". Baginda s.a.w juga bersabda, "Pengetahuan adalah satu. Kemudian orang arif jadikannya seribu ". Ini berarti nama milik Zat hanyalah satu. Ia memancar sebagai seribu sifat kepada orang yang menerimanya.
Dua belas nama-nama Ilahi berada di dalam lengkungan sumber pengakuan tauhid "La ilaha illa Llah". Tiap satunya adalah satu dari dua belas huruf dalam kalimat tersebut. Allah Yang Maha Tinggi mengaruniakan nama masing-masing bagi setiap huruf di dalam perkembangan hati. Setiap dari empat alam yang dilalui oleh roh ada tiga nama yang berbeda. Allah Yang Maha Tinggi dengan cara ini memegang erat hati para pencinta-Nya, dalam kasih sayang-Nya. Firman-Nya:
"Allah tetapkan orang-orang yang beriman dengan kata yang tetap di Penghidupan dunia dan akhirat". (Surah Ibrahim, ayat 27).
Kemudian diberkahi mereka jarak-Nya. Dia sediakan pokok keesaan di dalam hati mereka, pohon yang akarnya turun ke tujuh lapis bumi dan dahannya meninggi ke tujuh lapis langit, bahkan meninggi lagi sampai ke arasy dan mungkin lebih tinggi lagi. Allah berfirman:
"Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Allah adakan misal, satu kalimat yang baik seperti pohon yang baik, pangkalnya tetap dan cabangnya ke langit. (Surah Ibrahim, ayat 24).
Tempat 'roh perpindahan atau roh transisi' adalah di dalam kehidupan kepada hati. Alam malaikat berkelanjutan di dalam penyaksiannya. Ia bisa melihat surga alam tersebut, penghuninya, cahayanya dan semua malaikat di dalamnya. Kalam 'roh transisi' adalah bahasa alam batin, tanpa huruf tanpa suara. Perhatiannya berkelanjutan menyentuh soal-soal rahasia-rahasia maksud yang tersembunyi. Tempatnya di akhirat ketika kembali adalah surga Na'im, taman kegembiraan karunia Allah.
Tempat 'roh sultan' di mana ia memerintah, adalah di tengah-tengah hati, jantung ke hati. Urusan roh ini adalah makrifat. Kerjanya adalah mengetahui semua pengetahuan ketuhanan yang menjadi perantara bagi semua ibadah yang sebenar-benarnya diucapkan dalam bahasa hati. Nabi s.a.w bersabda, "Ilmu ada dua bagian. Satu pada lidah, yang membuktikan keberadaan Allah. Satu lagi di dalam hati. Inilah yang perlu untuk menyadarkan tujuan seseorang ".
Ilmu yang sebenar-benarnya bermanfaat berada di dalam perbatasan kegiatan hati. Nabi s.a.w bersabda, "Quran yang mulia memiliki makna zahir dan makna batin". Allah Yang Maha Tinggi membukakan Quran kepada sepuluh lapis makna yang tersembunyi. Setiap makna yang berikutnya lebih bermanfaat dari yang sebelumnya karena ia semakin dekat dengan sumber yang sebenarnya. Dua belas nama milik Zat Allah adalah umpama dua belas mata air yang memancar dari batu saat Musa a.s menghentamkan batu itu dengan tongkatnya.
"Dan (ingatlah) tatkala Musa mintakan air untuk kaumnya, maka Kami mengatakan, 'Pukullah batu itu dengan tingkat kamu'. Lantas terpancar darinya dua belas mata air yang sesungguhnya setiap orang itu mengetahui tempat minumnya ". (Surah Baqarah, ayat 60).
Pengetahuan Dhahir adalah umpama air hujan yang datang dan pergi sementara pengetahuan batin umpama mata air yang tidak pernah kering.
"Dan satu tanda untuk mereka adalah bumi yang mati (lalu) Kami hidupkan dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, lalu mereka memakannya". (Surah Yaa Sin, ayat 33).
Allah jadikan satu bijian, sebiji benih di langit. Benih itu menjadi kekuatan kepada kehewanan di dalam diri manusia. Dijadikan-Nya juga sebiji benih di dalam alam roh-roh (alam al-anfus); menjadi sumber kekuatan, makanan roh. Bijian itu dijiruskan dengan air dari sumber hikmah. Nabi s.a.w bersabda, "Jika seseorang menghabiskan empat puluh hari dalam keikhlasan dan kesucian sumber hikmah akan memancar dari hatinya ke lidahnya".
Nikmat bagi 'roh sultan adalah kelezatan dan kecintaan yang dinikmatinya dengan menyaksikan kenyataan keelokan, kesempurnaan dan kemurahan Allah Yang Maha Tinggi. Firman Allah:
"Dia telah diajarkan oleh yang bersangatan kekuatannya, yang berupa bagus, lalu ia menjelma dengan sempurnanya padahal ia di pehak atas yang paling tinggi. Kemudian ia mendekati rapat (kepadanya), maka adalah (rapatnya) itu harga dua busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu Ia wahyukan kepada hamba-Nya apa yang Ia ingin wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang dia lihat ". (Surah Najmi, ayat 5 - 11).
Nabi s.a.w menggambarkan suasana demikian dengan cara lain, "Yang beriman (yang sejahtera) adalah cermin bagi yang beriman (yang sejahtera)". Dalam ayat ini yang sejahtera yang pertama adalah hati orang yang beriman yang sempurna, sementara yang sejahtera kedua itu adalah yang memancar ke hati orang yang beriman itu, tidak lain dari Allah Yang Maha Tinggi sendiri. Allah menamakan Diri-Nya di dalam Quran sebagai Yang Mensejahterakan.
"Dia-lah Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia ... Yang Mensejahterakan (Pemelihara iman), Pemelihara segala-galanya". (Surah Hasyr, ayat 23).
Kediaman 'roh sultan' di akhirat adalah surga Firdaus, surga yang tinggi.
Setesen di mana roh-roh berhenti adalah tempat rahasia yang Allah buatkan untuk Diri-Nya di tengah-tengah hati, di mana Dia simpan rahasia-Nya (Sirr) untuk disimpan dengan aman. Kondisi roh ini diceritakan oleh Allah melalui utusan-Nya:
"Insan adalah rahasia-Ku dan Aku rahasianya".
Urusannya adalah kebenaran (fakta) yang diperoleh dengan mencapai keesaan; mencapai keesaan itulah tuagsnya. Ia membawa banyak ke kesatuan dengan cara terus menerus menyebut nama-nama keesaan di dalam bahasa rahasia yang suci. Ini bukan bahasa yang berbunyi di luar.
"Dan jika engkau nyaringkan kata, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi". (Surah Ta Ha, ayat 7)
Hanya Allah mendengar bahasa roh suci dan hanya Allah mengetahui keadaannya.
Nikmat bagi roh ini adalah penyaksian terhadap ciptaan Allah yang pertama. Apa yang dilihatnya adalah keindahan Allah. Padanya ada penyaksian rahasia. Pandangan dan pendengaran menjadi satu. Tidak ada perbandingan dan tidak ada kesamaan tentang apa yang disaksikanya. Dia menyaksikan sifat Allah, keperkasaan dan kekerasan-Nya sebagai esa dengan keindahan, kelembutan dan kemurahan-Nya.
Bila manusia temui tujuannya, tempat kediamannya, bila dia temui akal asbab, pertimbangan keduniaannya yang memandunya selama ini akan tunduk kepada Perintahnya; hatinya akan rasa gentar bercampur hormat, lidahnya terkunci. Dia tidak mampu menceritakan kondisi tersebut karena Allah tidak menyerupai sesuatu.
Bila apa yang dibicarakan di sini sampai ke telinga orang yang berilmu, pertama cobalah memahami tingkat pengetahuan sendiri. Fokus pada kebenaran (fakta) tentang hal-hal yang sudah diketahui sebelum mendongak ke ufuk yang lebih tinggi, sebelum menemukan tingkat baru, semoga mereka memperoleh pengetahuan tentang kehalusan pelaksanaan Ilahi. Semoga mereka tidak menyangkal apa yang sudah dibicarakan, tetapi sebaliknya mereka menemukan pencerahan, kebijaksanaan untuk mencapai kesatuan. Itulah yang sangat diperlukan.