Minggu, 19 Maret 2017

Sendal ( orang-orang Tarem dan) Hadromut

Sendal ( orang-orang Tarem dan) Hadromut
Al Habib Abubakar al Adaniy , sosok yang agung itu masih menyimpan sepasang sandal usang milik Syaikh Sa’ad as Suwainiy . Sendal itu dijadikannya tasliyah , penglipur hati jika sedang dirundung kegelisahan . Begitu besar harapan beliau terhadap Madad sang guru melalui keberkahan sandalnya , sampai beliau bungkus sandal itu dengan kain berlapis-lapis dan beliau simpan dalam kotak khusus .

Jika sedang gelisah , beliau segera mengeluarkan sandal gurunya dan menciuminya sembari berkata :

“ Duhai , inilah sepasang sandal guruku “

Tak lama kemudian , hilanglah rasa gundah beliau dan kemudian beliau masukkan lagi sandal tersebut ke tempat penyimpanannya . Sering kali para murid Al Habib Abubakar al Adaniy melihat sang Habib melakukan seperti itu , sampai kemudian mereka para murid sudah mengetahui apa yang mereka harus lakukan jika melihat Guru mereka tampak bermuram durja . KELUARKAN SANDAL ..!

Al Habib Hasan bin sagaf as sagaf bercerita :

“ Ayahku , al habib Sagaf bin Muhammad as sagaf itu sangat cinta dengan gurunya , yakni Al Habib Ali bin Abdullah As Sagaf . Ayahku termasuk seorang yang paling zuhud di jamannya . Pernah dia mendapat hadiah uang yang sangat banyak , tetapi semua disedekahkannya tidak tersisa . Sesudah habis uangnya dia berkata , dengan cara ( sedekah) ini , aku menjadi tenang sekarang .

Saat ayah meninggal dunia , kami tidak menemukan sedikitpun harta tinggalannya kecuali sepasang sandal Habib Ali bin Abdullah as Sagaf . Sandal itu selalu ayah simpan dalam peti , dan setiap hari ayah selalu mengeluarkannya dan mengusapkan sepasang sandal itu ke wajahnya sembari berkata :

“ Aku ini laksana al habib Abubakar Al Adaniy “
.

Seorang tokoh besar , alhabib Abdullah bin Husain bin Thohir kedatangan tamu istimewa . Beliau adalah Waliyullah agung , al habib Hasan bin Sholeh Al bahr al Jufriy . malam harinya , Habib hasan Al Bahr hendak ke kamar mandi , dan sebagaimana Sunnah nabawiyyah beliau mencari sandal untuk dibawa masuk ke kamar mandi .Mata beliau tertambat kepada sepasang sandal milik tuan rumah di pojok ruangan . Dengan keyakinan ridho pemiliknya , Al Habib Hasan pun memakai sandal tersebut dan membawanya ke kamar mandi .

Keesokan hari , baru Al Habib Hasan berkata kepada Al habib Abdullah bin Husain :

“ Semalam , aku memakai sandal milikmu “

Mendengar kata beliau , al Habib Abdullaah merasa tersanjung dan berkata :

“ sepasang sandal yang bersentuhan dengan kaki mulia Al Habib Hasan bin Shalih , tempatnya tidak lagi ditanah , tetapi dikepala ! “
.

Beliau kemudian menyimpan sandal itu di dalam almari khusus miliknya .
Sesungguhnya mengambil berkah dari Atsar para Shalihin itu sudah bukan barang baru dalam agama . Bahkan Al Qur’an mengkisahkan kepada kita melankolisnya kisah nabiyullah Yusuf dengan ayahandanya , Nabiyullah Ya’qub . Setelah terserang kebutaan sekian lama , Nabi Yusuf berkata :

“ IDH HABU BIQAMISHI HADHA , FA ALQUHU ‘ALA WAJHI ABIY YA’TI BASHIRO
Pergilah kamu dengan membawa gamisku ini , letakkanlah ke wajah ayahku , niscaya dia akan dapat meliahat kembali “

Kisah selanjutnya :

“ FALAMMA JA AL BASHIRU ALQOHU ‘ALA WAJHIHI FARTADDA BASHIRO
Tatkala telah tiba kabar gembira itu , maka diletakkanlah gamis itu kewajahnya , lalu dia dapatlah melihat kembali “

Begitu juga kisah para pemuda ahlu maksiyyat yang menjadi jatuh bertaubat sesudah mereka memakan buah semangka yang tersentuh tangan seorang Arifin bernama Syaikh Sirriy As Saqatiy , adalah salah satu kisah yang masyhur . Dijaman Shahabat , Sayyidina Anas bin Malik berkata :

“ Aku pernah melihat Nabi SAW mencukur rambutnya dengan dikelilingi para shahabat . Begitu rambut selesai dicukur , para shahabat berebutan mengambil rambut mulia beliau sehingga tidak sehelaipun rambut itu terjatuh di atas tanah “

Kembali al Qur’an mengkabarkan eksisitensi “ keberkahan “ di dalam sesuatu benda yang ada ta’alluq , ada hubungan dengan sesuatu yang mulia . Bani Israil dibuat ‘ murtad ‘ oleh lenguhan patung anakan sapi Musa Samiriy . Ketika ditanya bagaimana patung sapi bisa hidup dan bersuara , Samiriy menjawab :

“ Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak ketahuinya , maka aku ambil segenggam dari jejak “Rasul” lalu aku lemparkannya . demikianlah nafsuku membujukku “

Tafsir ba’dhul Ulama :

“ Lihatlah keindahan rahasia di ayat ini . Apakah قبضة ( SEGENGGAM TANAH ) dari bekas jejak الرسول (MALAIKAT JIBRIL ) yang diambil Samiriy lalu diletakkan kepatung lembunya hingga dapat bersuara , apakah segenggam tanah tersebut bersentuhan langsung dengan Ar Rasul ? Jawabannya TIDAK .

Karena Malaikat Jibril setiap kali datang ketempat Samiriy selalu menunggang kuda . Apakah Kuda langsung bersentuhan denga Jibril ? Jawabannya TIDAK . Jibril duduk diatas pelana kudanya .
Apakah kuda langsung bersentuhan dengan tanah ? Jawabannya TIDAK . Karena di setiap kaki-kaki kuda dipakaikan sepatu .
Barulah sepatu-sepatu kuda itu yang bersentuhan dengan tanah , dimana sebelumnya kering , begitu bersentuhan menjadi hidup dan hijau dengan tetumbuhan Sebuah kemuliaan yang begitu kuat , meskipun tidak bersentuhan langsung , keberkahannya tetap menempel juga kepada sesuatu yang ada didekatnya . Apalagi jika persentuhannya langsung tanpa ada yang menghalang-halanginya ? “

Tidak perlu sesungguhnya menuturkan dalil-dalil yang mensahihkan perbuatan Tabarruk , karena saking jelasnya dan saking banyaknya . Toh sebenarnya tulisan pada bagihan ini hanya ingin mengkisahkan secuil kemuliaan orang-orang agung dari Ranah Hadramut , meskipun lewat Sandal mereka . Wallohu a’alam bis shawab .